Kepada Matahari
Kepada Semesta
Kepada Pagi yang menggigil
Semoga selalu rindu tak malu tampak membasuh hati yang dingin
Kepada kamu
Aku masih di tempat yang sama. Di kedai kopi yang biasa kita singgahi. Tidak dengan kopi, tapi menggenggam segelas coklat kesukaanmu atas namaku. Tak perlu tanya mengapa kali ini aku memesan cokelat bukan kopi.
Kau tau aku amat sangat suka kopi tapi yang manis, rasa nya bikin candu. Tak pernah suka menghabiskan segelas cokelat sepertimu, terlalu mual bagi ku.
Dan yang aku tau, kau tak pernah suka kopi tapi tak pernah menolak berjam jam menemaniku duduk di kedai kopi.
Mataku menyisir kebeberapa sudut, melihat tempat yang biasa kita duduki, bukan tempatku sekarang.
Mencoba menjadi penonton saat tempat itu masih di singgahi kita, masih dengan segelas coklat yang belum tersentuh bibirku. Tak perlu tanya mengapa kali ini aku memesan cokelat bukan kopi.
Ada air mata yang hampir saja menyeruak, seirama dengan pikiran yang sudah jauh berjalan dan hati yang bergejolak memberontak. Tapi aku berhasil melihat kita, sayang.
Aku yang selalu memaksamu mencicipi kopiku, selalu kau tolak, dan ku paksa lagi kemudian menghasilkan tawa. Aku yang mencubit-cubiti lenganmu dan lagi lagi menghasilkan tawa. Sesekali di warnai pembicaraan serius dengan tatapan hangat menenangkan, kemudian kau akhiri dengan mengusap usap ujung kepalaku, kau tau aku begitu menyukai ini. Ada banyak cerita yang kita bagi disana, tentang kemarin saat jarak masih memisahkan kita. Ada banyak rencana yang kita buat untuk merayakan kemenangan melawan jarak di bulan bulan berikutnya. Dan ada lengan mu yang melingkar di bahuku saat kita bergegas meninggalkan kedai itu. Ingatkah kau ? Kita terlihat bahagia, sayang. Membuat iri siapapun yang berada di tempatku sekarang.
Masih dengan ice cokelat yang tak lagi dingin, menghasilkan butir butir air di bagian luar gelasnya.
Ini hanya tentang hatiku yang mulai menggilai setiap kebahagiaan yang kau bawa
Ini hanya tentang hatiku yang sibuk menata jantung yang berdebar. Ada rasa yang bergetar dan tak mau kalah dengan sakit yang belum melonggar.
Dan ini masih tentang hatiku yang menggigil saat tau tentang hatimu.
Aku ingin dirinduimu.
Nyatanya, hatiku terabaikan pada kesempatan kali ini oleh : kamu.
Kamu !
Laki-laki yang ingin ku berlama-lama melingkarkan tangan di lengannya
Kamu !
Laki-laki yang ingin ku berlama-lama ada dalam peluknya
Kamu !
Laki-laki yang ingin ku berlama-lama ada dalam hidupnya
Datang dan memaksa tinggal kemudian tanggal. Membawa pergi setiap bahagia dan menyebarkan racun cokelat yang telah menyebar dengan gilanya. Mengoyak kenangan, mencoba menusuk dada agar jantungku tak lagi berdebar, membuat mabuk dan membiarkan tak sadar. Sementara kau tau bahwa aku pasti mati, walau tanpa belati.
Jadi, tak perlu tanya mengapa kali ini aku memesan cokelat.
Tertanda : Aku (ingin dirinduimu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar