Perpisahan sekolah tanggal 2 Juni.
Gimana dengan keadaan Ibel selanjutnya ???
Ga ada lagi yang selalu dia tunggu di depan kelas sebelum bel masuk..
Seseorang dengan motor biru dan berhelm putih.
Yang sering terlambat datang ke sekolah namun masih sempat dengan santainya nongkrong di kantin.
Seseorang dengan sepatu hitam dan bergaris merah kuning.
Dengan sweter putih beraksen biru.
Atau merah marun dengan motif kotak-kotak di bagian depan
Dengan sedikit berjinjit seseorang itu terus berjalan santai bersama ransel hitam di punggungnya.
Sesaat melihatnya tersenyum dengan lawan bicaranya.
Melihatnya Tertawa.
Dengan pipinya yang menggemaskan.
Dan bibirnya yang merona.
Seseorang yang senang bergelut dengan olahraga voli.
Dengan ‘dua puluh delapan’ sebagai angkanya saat bertanding.
Seseorang dengan tinggi yang setara dengan tinggi gawang futsal di sekolah.
Yang tak pintar bermain sepak bola.
Yang amat mahir lompat tinggi.
Yang pernah terkilir lututnya karena lompat tinggi itu.
Seseorang yang dari kecil menyukai warna biru.
Dia. Seseorang yang tak hanya sekedar Ibel kagumi.
Yang selalu Ibel hayalkan bersamanya.
Hanya sekedar itu yang Ibel tau.
Tanpa pernah Ibel tau seperti apa wanginya.
Seperti apa suaranya.
Seperti apa tawanya.
Seperti apa amarahnya.
Dan Seperti apa cara ia mencintai wanita.
Seperti Ibel.
Akhirnya Ibel sadar dengan semua..
Karena selama ini MEREKA yang buat Ibel yakin, BUKAN DIA , seseorang yang Ibel inginkan.
Keinginan yang mengebu bukan cinta namanya.
Dan kau pun mungkin telah lelah terus bermain di mimpi ku. Membuat hari ku begitu indah.
Kini Ibel hanya merelakan diri untuk membiarkannya semakin jauh tanpa satu yang pasti.
Merasa kehilangan tanpa dasar memiliki.
“Maaf jika hidup mu terganggu.
Dan maaf jika ku terlampau senang saat melihat mu……..”
“Terimakasih telah menjadi inspirasi.
Terimakasih atas kenangan indah untuk ku, walau kau tak pernah nyata memberi.
Terimakasih karena telah hadir dalam mimpi ku……”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar