Jumat, 15 Juni 2012

Long Distance Relationship

Dulu, entah kenapa gue selalu berpikir suatu saat nanti gw akan lebih milih punya pacar yang keberadaannya jauh di sana. Mungkin hanya berdasar pengalaman beberapa kali pacaran dalam satu kota, satu lingkungan yang hasilnya gue ngerasa bosan dan selalu gue yang merasa, kemudian hancur, selalu begitu, terlalu sering bersama.

Sampai akhirnya yang dibilang dengan "suatu saat nanti" itu tiba. Dia berada di kota yang jaraknya ratusan kilometer. Gue ragu. Gue tau gimana perasaan dia beberapa tahun terakhir melalui rumor-rumor di sekitar gue. Entah mungkin karna gue tak pernah cukup memberinya respons, tergodalah ia dengan hati yang lain. Ha ha . Sampai tiba waktu nya ia perpikir gue sudah memberinya respons baik. Gue putuskan untuk tidak terkikat. Loh, bukannya ini yang gue mau ???? Entahlah...

Ternyata dia masih tak menyerah. Yah, berdasar penyesalan atas keputusan gue waktu itu, ini lah waktu nya. Gue berani, gue memutuskan pilihan. Bulan pertama, kedua tak usah di sebut manisnya, hampir seluruhnya. Bulan ketiga, bulan ganjil, bulan terlama kita berpisah..

Gue ga pernah tau apa yang di lakukan disana, gue ga pernah tau dia pergi kemana, sama siapa, dia main sama siapa. Ha ha . Ini pantas kalian jadikan lelucon memang. Buat yang tak pernah tau rasanya berpisah berminggu minggu, hanya bisa bertemu via gadget. Tanpa pernah bisa merasakan, menyentuh dan mencium. Kalian yang tak pernah ada di posisi gue saat ini tak akan pernah tau bagaimana rasa nya, menganggap ini masalah remeh, biasa. Ini Rasa yang bodoh, rasa yang tetap saja di rangkul. Gue bukannya cemburu sama wanita wanita di sekitarnya, gue cuma iri sama mereka, yang bisa kapan pun mendengar suaranya, tertawanya, bahkan mencium wanginya.

Ucapan ucapan manis via text ga pernah lagi masuk inbox di hp gue waktu malem malem gue ketiduran. Atau call hanya untuk sekedar mastiin kalo gue emang udah tidur. Hanya sebaris ucapan selamat malam. Ya itu lah kita, via text, via phone, via social networking, via web, selalu viaaa.

Begitu banyak yang bisa kita ceritakan via text sampai berlembar-lembar, kini hanya dua baris jawaban.
Iya, Ngga, Iya, Ngga. Singkat. Oke mungkin gue sudah pernah merasakan itu. Mungkin juga gue terlalu sibuk, terlalu sering meninggalkannya. Pagi sampai sore gue kerja, kadang lanjut kuliah sampai larut malam.Kita ga bisa komunikasi by phone. Tapi sampai saat nya, gue ada waktu dan menghubunginya, pertanyaan pertama nya yang selalu di ucapkan adalah Ada Apa. Ha ha . Gue bukan nya ga tau ada sesuatu yang salah disini. Mungkin ini titik jenuh nya, mungkin ini rindu yang menghambar !!!!

Hati benar-benar bertarung dengan otak. Tak ada yang bisa bertahan, kemudian hanya sesak, memangis sendiri, menyesal sendiri. Harus ada yang bertindak sebelum semua terlanjur benar benar hambar. Keberanian. Tanyakan dan bicarakan saja jika ada yang tidak enak

Tak pernah ada yang salah dengan jarak. Butuh rasa asam sebelum manis, bukan ? Begitulah dia. Begitulah kita , Long Distance Relationship, tak hanya butuh berkomunikasi. Kepercayaan, keyakinan dan tentu saja kesabaran.



Buat kamu yang jaraknya ratusan kilometer dari tempatku berpijak saat ini, aku sangat menyayangimu~